Fungsi Dongeng Bagi
Perkembangan Anak
Oleh Wahdaniah
(20102506047)
1.
Pendahuluan
Bangsa kita, terutama leluhur kita
memiliki kebiasaan bercerita dengan lisan. Kita memiliki ragam cerita rakyat
karena kebiasaan bertutur yang dimiliki oleh nenek moyang kita. Pantun-pantun
yang menarik hidup dari waktu ke waktu berkat adanya tradisi sastra lisan di
kalangan bangsa kita. Ada penutur yang pintar, ada pawang yang melestarikan
kekayaan budaya yang dimiliki leluhur kita. Melalui tuturan ini, berbagai ilmu
pengetahuan diturunkan, terutama nasihat-nasihat yang patut diteladani manusia.
Salah satu hal yang dapat dijadikan
bahan cerita bagi anak-anak adalah dongeng. Dongeng adalah cerita-cerita fiksi
yang diceritakan pendongeng kepada para pendengar secara lisan yang di dalamnya
terdapat pesan moral positif yang mendidik. Dongeng biasanya didongengkan
kepada anak-anak yang masih kecil, oleh orangtua, kakek, nenek, paman, bibi dan
lain sebagainya. Dongeng bisa disampaikan kepada anak sebelum tidur hingga si
anak tertidur pulas dengan cara bercerita langsung maupun dengan membaca buku
dongeng. (http://organisasi.org/kegunaan-fungsi-manfaat-dongeng-untuk-anak-anak-cerita-sebelum-tidur).
Anak-anak dalam perkembangannya
memerlukan sentuhan manusiawi berupa sebuah pola konstruktif yang mendukung
pola pertumbuhan mental anak. Dalam hal ini sentuhan tersebut dapat diperoleh
dari cara mereka menjelajahi alam imajinasinya. Jika imajinasi anak dikontrol
dan terus dipicu untuk mengeksplorerasi rasa penasaran dan keingintahuannya,
maka secara otomatis akan memicu perkembangan sikap dalam pertumbuhannya.
Seperti halnya dalam bersosialisasi, seorang anak yang imajinasinya
dikembangkan dengan baik, maka dia akan cenderung aktif dan responsif dalam
menyikapi sesuatu yang baru ditemukannya. Lain halnya dengan anak yang tidak
mendapatkan imajinasi yang baik, maka ia cenderung murung dan memiliki rasa
percaya diri yang lemah. Sehingga rasa takut dan malu menjadi lebih besar dalam
kehidupannya bersosialisasi.
Pola perkembangan kepribadian dari
alam imajinasi atau hayalan ini diperkuat oleh ungkapan Sigmound Freud bahwa
“mimpi/imajinasi adalah sublimasi dan kompensasi dari kehidupan sehari hari
yang tidak terpenuh”. Dalam hal ini dongeng yang sifatnya menumbuhkembangkan imajinasi
dapat mewakili ketidakberdayaan anak dalam melakukan hal hal yang tidak biasa,
berperan besar dalam mengembangkan ide-ide sebagai stimulus dalam menyikapi
segala sesuatu dalam kenyaataanya. Sebagai contoh dari cerita Fabel, anak bisa
merimajinasi untuk berinteraksi dengan binatang. Sehingga seorang anak bisa
mengetahui apa yang dirasakan binatang jika mereka (binatang tersebut) tidak
diberi kasih sayang oleh majikannya.(http://anaknusantara.com/artikel/dongeng-sebagai-perkembangan-psikologi-anak-di-tengah-badai-audio-visual).
Salah satu cara untuk meningkatkan
kecerdasan anak ialah dengan mendongeng. Anak yang cerdas adalah anak yang
mendapat stimulasi tepat sesuai dengan usianya, terutama pada usia keemasan
atau golden ages (usia 0-5 tahun). Usia keemasan anak ialah masa keemasan
pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga pada masa ini anak membutuhkan
pendampingan dari sosok yang dapat terus memantau pertumbuhan dan
perkembangannya. Serta membutuhkan seseorang yang mampu memberikan stimulasi
optimal dengan penuh kasih sayang. Dan salah satu bentuk stimulasi untuk
mencerdaskan anak ialah dengan mendongeng. Makalah ini membahas tentang dongeng
dan manfaatnya bagi perkembangan anak.
2.
Dongeng
Dongeng termasuk dalam cerita
rakyat lisan. Menurut Danandjaja (1984) cerita rakyat lisan terdiri atas mite,
legenda, dan dongeng. Mite adalah cerita rakyat yang dianggap benar-benar
terjadi dan dianggap suci oleh yang empunya cerita. Mite ditokohkan oleh para
dewa atau makhluk setengah dewa. Peristiwanya terjadi di dunia lain, bukan di
dunia seperti yang kita kenal sekarang, dan terjadi pada masa lampau. Sedangkan
legenda adalah cerita rakyat yang mempunyai cirri-ciri mirip dengan mite, yaitu
dianggap benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci. Legenda ditokohkan
oleh manusia, walaupun kadang-kadang mempunyai sifat luar biasa dan sering kali
dibantu oleh makhluk-makhluk ajaib. Tempat terjadinya adalah di dunia seperti
yang kita kenal sekarang, dan terjadinya belum terlalu lampau. Sebaliknya,
dongeng adalah cerita rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi oleh yang
empunya cerita dan dongeng tidak terikat oleh waktu maupun tempat. Dongeng
diceritakan terutama untuk hiburan, walaupun banyak juga dongeng yang
melukiskan kebenaran, berisi ajaran moral, bahkan sindiran.
Dari wikipedia bahasa Indonesia
dijelaskan bahwa Definisi Dongeng adalah suatu kisah yang diangkat dari
pemikiran fiktif dan kisah nyata, menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan
pesan moral yang mengandung makna hidup dan cara berinteraksi dengan makhluk
lainnya.
Menurut
Anti Aarne dan Stith Thompson (http://linaleebon.blogspot.com) -
dongeng
dikelompokkan dalam empat golongan besar, yaitu :
1.
Dongeng binatang
Dongeng binatang adalah dongeng
yang ditokohi oleh binatang peliharaan atau binatang liar. Binatang-2 dalam
cerita jenis ini dapat berbicara atau berakal budi seperti manusia. Di
Negara-negara Eropa binatang yang sering muncul menjadi tokoh adalah rubah, di
Amerika Serikat binatang itu adalah kelinci, di Indonesia binatang itu Kancil
dan di Filipina binatang itu kera. Semua tokoh biasanya mempunyai sifat cerdik,
licik dan jenaka.
2.
Dongeng biasa
Dongeng biasa adalah jenis dongeng
yang ditokohi manusia atau biasanya adalah kisah suka duka seseorang, misalnya
dongeng Ande-Ande Lumut, Joko Kendil, Joko Tarub, Sang Kuriang serta Bawang
Putih dan Bawang Merah.
3.Lelucon
atau anekdot
Lelucon atau anekdot adalah dongeng
yang dapat menimbulkan tawa bagi yang mendengarnya maupun yang menceritakannya.
Meski demikian, bagi masyarakat atau orang menjadi sasaran, dongeng itu dapat
menimbulkan rasa sakit hati.
4.
Dongeng Berumus
Dongeng berumus adalah dongeng yang
strukturnya terdiri dari pengulangan. Dongeng ini ada tiga macam, yaitu dongeng
bertimbun banyak (cumulative tales), dongeng utk mempermainkan orang (catch
tales), dan dongeng yang tidak mempunyai akhir (endless tales)
Pada mulanya kegiatan bercerita
atau menuturkan cerita hanya dilakukan dan ditujukan untuk orang dewasa,
misalnya para prajurit, nelayan, dan musafir yang sering kali tidur di tenda-tenda.
Biasanya yang diceritakan adalah cerita-cerita rakyat yang diturunkan secara
turun temurun dari mulut ke mulut.
Namun, pada beberapa kebudayaan,
para orang tua dan muda berkumpul bersama untuk mendengarkan dongeng yang
dibawakan oleh seorang tukang cerita atau pendongeng yang di beberapa
kebudayaan biasanya merangkap sebagai tabib. Selain menyampaikan hiburan,
pendongeng biasanya juga menyampaikan atau mengajarkan adat kebiasaan dan moral
kepada orang muda
Masyarakat Indonesia sudah mengenal
dongeng sejak zaman dulu. Di Sumatra misalnya, ada orang yang biasa disebut
“pelipur lara”. Pelipur lara adalah punggawa kerajaan yang bertugas menghibur
raja, permaisuri, dan anggota keluarga istana lainnya. Di Aceh tukang cerita
disebut “pmtoh (kope)”, sedangkan di Jawa ada yang disebut sebagai “tukang
kentrung”. Tukang kentrung berkeliling dari satu tempat ke tempat lain sambil
membawa semacam tambur yang disebut “terbang”. Di Jakarta (Betawi) ada
“syahibul hikayat”. Mereka mendongeng sambil diiringi alat-alat tersebut dan
cerita-cerita yang dituturkan biasanya bersifat religius atau magis.
Pada perkembangan selanjutnya,
kegiatan mendongeng kemudian diambil alih oleh para pengasuh anak, orang tua,
serta nenek dan kakek, terutama sejak ditemukannya mesin cetak pada abad kelima
belas atau tepatnya pada tahun 1450, sehingga penuturan cerita yang biasanya
dilakukan oleh para penutur cerita tradisional semakin menyurut karena orang
mulai membaca buku cerita sendiri.
Kini kegiatan bercerita atau
menuturkan cerita secara lisan, yang biasanya dilakukan oleh orang tua kepada
anak-anaknya, lebih sering disebut mendongeng. Di Indonesia cerita-cerita yang
didongengkan bermacam-macam, bisa berupa mite, legenda, atau dongeng.
Cerita-cerita tersebut kemudian menjadi bagian dari budaya masyarakat dan
kegiatan mendongeng menjadi sebuah tradisi yang diturunkan secara turun
temurun. Cerita atau dongeng yang disampaikan biasanya berisi pesan moral dan
ajaran-ajaran budi pekerti bagi pendengarnya, dan biasanya disampaikan dengan
bahasa kiasan atau dengan kalimat yang diperindah.
Dongeng berkembang terus baik
bentuk maupun ciri-cirinya. Beberapa dongeng biasanya dihafalkan oleh si
pendongeng hingga ia bisa menceritakannya ulang kepada para pendengar, dan
akhirnya pendongeng akan selalu punya keinginan mendongeng. Dongeng itu sendiri
banyak ragamnya, tergantung dari latar belakang budaya tempat dongeng itu
berada atau berasal. Meski demikian, dongeng tidak seratus persen menjadi
cerminan dan karakter masyarakat tempat dongeng itu berkembang. Boleh juga
dikatakan dongeng dan mendongeng sebagai cerminan atau jejak akar budaya daerah
tempat munculnya kebiasaan-kebiasaan dari kehidupan masyarakatnya. Namun,
masyarakat di Jepang tidak menganggap cerita di dalam dongeng benar-benar
terjadi. Hal ini disebabkan karena dongeng tidak terikat pada tempat dan waktu,
dan juga tidak terikat siapa yang harus mendongeng.
Mendongeng harus dilakukan dengan
cara-cara yang benar, seperti orang tua yang sedang memberi nasihat atau
mengajarkan sesuatu kepada anaknya, yaitu harus dilakukan dengan cara lemah
lembut dan penuh kasih sayang. Di beberapa Negara, seperti Indonesia, Jepang,
atau Filipina, dongeng seringkali disampaikan dengan menggunakan alat peraga
berupa boneka atau wayang (traditional puppet).
Seorang budayawan dan ahli sastra
yang peduli akan pelestarian cerita-cerita rakyat, khususnya cerita bagi
anak-anak Indonesia, Ibu Faizah Sulaiman Bustam Kamri, menyatakan bahwa sastra
rakyat – khususnya sastra lisan – boleh dijadikan sumber pengajaran yang menarik
bagi pengajaran bercerita. Di dalam kuliahnya, Ibu Faizah menegaskan bahwa di
dalam bercerita juga diperlukan adanya ketertarikan pada sastra, dan kemampuan
atau skill yang dimiliki seseorang akan membantu mengalirkan cerita menjadi
sastra lisan. Secara tidak langsung penutur cerita dapat disebut sebagai
pendongeng, karena biasanya ia sudah mampu untuk menguasai bagian-bagian yang
harus dikuasai oleh seorang pendongeng, misalnya mengatur alur cerita dan juga
mampu mengatasi emosi para pendengar dongengnya, dan terutama emosinya sendiri.
Hal penting yang bisa didapatkan
saat mendongeng, yaitu secara tidak sadar kita akan mengungkapkan imajinasi dan
pikiran kita dengan cara bermain dan gembira. Saat mendongeng, kita akan dapat
menumpahkan perasaan dan emosi positif, menunjukkan jati diri, bersosialisasi,
memberikan pengetahuan kepada orang lain, memberikan kegembiraan kepada orang
lain, menebarkan pesona yang terpendam dalam diri kita yang selama ini belum
terungkap, dan juga menciptakan pertemuan kecil yang amat bermanfaat.
Khusus bagi anak, dongeng dapat
memberikan rangsangan bagi kecerdasan anak, karena melalui kegiatan bermain,
bercanda, dan berinteraksi, maka kemampuan berpikir logis dan rasional akan
terpacu sehingga membantu percepatan belajar anak (accelerated learning). Dampak positif yang nyata pada anak adalah
munculnya perkembangan dan kemampuan emosi (emotional
quotion) anak dengan sendirinya (tanpa paksaan) sehingga akan terbentuk
sikap kreatif, ramah, mudah bergaul, spontan dalam merespons sekitarnya, dan
terbangun empati pada lingkungan dan orang lain yang ada disekitarnya. ( http://linaleebon.blogspot.com).
Ada baiknya kita menepis
kesalahpahaman terhadap dongeng sebagai bualan, omong kosong, atau cerita
bohong belaka. Sebaliknya, bila kita menaruh empati dan harapan positif pada
dongeng, niscaya kita akan menggali dan mendapatkan manfaat yang berlimpah dari
dongeng dan mendongeng.
Setelah memahami arti dongeng dan
mendongeng, maka penulis akan mengajak pembaca untuk melaksanakan dan
merealisasikan keinginan untuk mendongeng yang selama ini terpendam.
3.
Manfaat Dongeng Bagi Perkembangan Anak
Menyampaikan dongeng yang menarik
kepada anak memang membutuhkan keterampilan khusus. Mulai dari cara menyampaikan
cerita, kontrol volume dan intonasi suara, hingga menirukan suara maupun
perilaku tiap-tiap karakter yang ada dalam cerita perlu diperhatikan. Jika anak
bisa memahami pesan di baliknya dan menikmati dongeng yang kita bawakan, maka
itu tandanya bahwa kita sudah berhasil.
Berikut
ini adalah beberapa Manfaat dongeng bagi Anak-Anak :
1.
Mengajarkan Nilai Moral Yang Baik
Dengan memilih dongeng yang isi
ceritanya bagus, maka akan tertanam nilai-nilai moral yang baik. Setelah
mendongeng sebaiknya pendongeng menjelaskan mana yang baik yang patut ditiru
dan mana-mana saja yang buruk dan tidak perlu ditiru dalam kehidupan
sehari-hari. Berbagai tindak kenakalan dapat dikurangi dari menanamkan perilaku
dan sifat yang baik dari mencontoh karakter ataupun sifat-sifat perilaku di
dalam cerita dongeng. Mendongeng mungkin memiliki efek yang lebih baik daripada
mengatur anak dengan cara kekerasan (memukul, mencubit, menjewer, membentak,
dan lain-lain)
2.
Mengembangkan Daya Imajinasi Anak
Sayang sekali saat ini jarang sekali
kaset tape atau cd audio dongeng maupun cerita suara yang dijual di toko kaset
dan cd. Atau mungkin sudah tidak ada sama sekali. Padahal cerita-cerita dalam
bentuk suara dapat membuat anak berimajinasi membayangkan bagaimana jalan
cerita dan karakternya. Anak-anak akan terbiasa berimajinasi untuk memvisualkan
sesuatu di dalam pikiran untuk menjabarkan atau menyelesaikan suatu
permasalahan.
3.Menambah
Wawasan Anak-Anak
Anak-anak yang terbiasa mendengar
dongeng dari pendongengnya biasanya akan bertambah perbendaharaan kata,
ungkapan, watak orang, sejarah, sifat baik, sifat buruk, teknik bercerita, dan
lain sebagainya. Berbagai materi pelajaran sekolah pun bisa kita masukkan
pelan-pelan di dalam cerita dongeng untuk membantu buah hati kita memahami
pelajaran yang diberikan di sekolah.
4.Meningkatkan
Kreativitas Anak
Kreatifitas anak bisa berkembang
dalam berbagai bidang jika dongeng yang disampaikan dibuat sedemikian rupa
menjadi berbobot. Kita pun sah-sah saja apabila ingin menambahkan isi cerita
selama tidak merusak jalan cerita sehingga menjadi aneh tidak menarik lagi.
5.Mendekatkan
Anak-Anak Dengan Orangtuanya
Terjadinya interaksi tanya jawab
antara anak-anak dengan orangtua secara tidak langsung akan mempererat tali
kasih sayang. Selain itu tertawa bersama-sama juga dapat mendekatkan hubungan
emosional antar anggota keluarga. Apabila sering dilakukan maka bisa
menghilangkan hubungan yang kaku antara anak dengan orangtua yang
mendongengkan.
6.Menghilangkan
Ketegangan / Stress
Jika anak sudah hobi mendengarkan
cerita dongeng, maka anak-anak akan merasa senang dan bahagia jika mendengar
dongeng. Dengan perasaan senang dan mungkin diiringin dengan canda tawa, maka
berbagai rasa tegang, mud yang buruk dan rasa-rasa negatif lain bisa menghilang
dengan sendirinya.
Dari begitu banyak manfaat dongeng,
tidak ada salahnya bila kita sisihkan sedikit waktu kita sebagai orangtua untuk
memberikan dongeng yang mendidik kepada anak-anak kita. Mendongeng bisa
dilakukan oleh salah satu maupun dua atau lebih orangtua (dengan suami, istri,
kakek, nenek, paman, bibi, kakak, dsb dari si kecil) serta dapat diberikan
kepada satu, dua atau bahkan banyak anak sekaligus. Pendongengan tidak harus
diberikan pada malam hari, namun juga pada waktu-waktu lain. (http://organisasi.org/kegunaan-fungsi-manfaat-dongeng-untuk-anak-anak-cerita-sebelum-tidur).
- Manfaat dan Kekuatan Dongeng pada Psikologi Anak
Pada zaman serba canggih seperti
sekarang, kegiatan mendongeng di mata anak-anak tidak populer lagi. Sejak
bangun hingga menjelang tidur, mereka dihadapkan pada televisi yang menyajikan
beragam acara, mulai dari film kartun, kuis, hingga sinetron yang acapkali
bukan tontonan yang pas untuk anak. Kalaupun mereka bosan dengan acara yang
disajikan, mereka dapat pindah pada permainan lain seperti videogame.
Kendati demikian, kegiatan
mendongeng sebetulnya bisa memikat dan mendatangkan banyak manfaat, bukan hanya
untuk anak-anak tetapi juga orang tua yang mendongeng untuk anaknya. Kegiatan
ini dapat mempererat ikatan dan komunikasi yang terjalin antara orang tua dan
anak. Para pakar menyatakan ada beberapa manfaat lain yang dapat digali dari
kegiatan mendongeng ini.
Pertama, anak dapat mengasah daya pikir dan
imajinasinya. Hal yang belum tentu dapat terpenuhi bila anak hanya menonton
dari televisi. Anak dapat membentuk visualisasinya sendiri dari cerita yang
didengarkan. Ia dapat membayangkan seperti apa tokoh-tokoh maupun situasi yang
muncul dari dongeng tersebut. Lama-kelamaan anak dapat melatih kreativitas
dengan cara ini.
Kedua, cerita atau dongeng merupakan media
yang efektif untuk menanamkan berbagai nilai dan etika kepada anak, bahkan
untuk menumbuhkan rasa empati. Misalnya nilai-nilai kejujuran, rendah hati,
kesetiakawanan, kerja keras, maupun tentang berbagai kebiasaan sehari-hari
seprti pentingnya makan sayur dan menggosok gigi. Anak juga diharapkan dapat
lebih mudah menyerap berbagai nilai tersebut karena Kak Agam di sini tidak
bersikap memerintah atau menggurui, sebaliknya para tokoh cerita dalam dongeng
tersebutlah yang diharapkan menjadi contoh atau teladan bagi anak.
Ketiga, dongeng dapat menjadi langkah awal
untuk menumbuhkan minat baca anak. Setelah tertarik pada berbagai dongeng yang diceritakan
Kak Agam, anak diharapkan mulai menumbuhkan ketertarikannya pada buku. Diawali
dengan buku-buku dongeng yang kerap didengarnya, kemudian meluas pada buku-buku
lain seperti buku pengetahuan, sains, agama, dan sebagainya.
Tidak ada batasan usia yang ketat
mengenai kapan sebaiknya anak dapat mulai diberi dongeng oleh Kak agam. Untuk
anak-anak usia prasekolah, dongeng dapat membantu mengembangkan kosa kata.
Hanya saja cerita yang dipilihkan tentu saja yang sederhana dan kerap ditemui
anak sehari-hari. Misalnya dongeng-dongeng tentang binatang. Sedangkan untuk
anak-anak usia sekolah dasar dapat dipilihkan cerita yang mengandung teladan,
nilai dan pesan moral serta problem solving. Harapannya nilai dan pesan
tersebut kemudian dapat diterapkan anak dalam kehidupan sehari-hari.
Keberhasilan suatu dongeng tidak
saja ditentukan oleh daya rangsang imajinatifnya, tapi juga kesadaran dan
kemampuan pendongeng untuk menyajikannya secara menarik. Untuk itu Kak Agam
dapat menggunakan berbagai alat bantu seperti boneka atau berbagai buku cerita
sebagai sumber yang dapat dibaca oleh orang tua sebelum mendongeng.
Kak Bimo, seorang pecinta
anak-anak, guru, trainer, sekaligus pendongeng yang sangat fasih dan piawai. Di
kotanya Yogyakarta penulis mengenalnya tak hanya lantaran kemampuannya menyihir
anak-anak dengan dramatis, namun juga karena muatan pesan moral yang dalam
serta komprehensif mampu diselipkan dengan sangat apik dan tak membebani.
Anak-anak demikian terbius segenap perhatian dan pikirannya pada alur cerita sederhana
namun enak diikuti selama dongeng berlangsung. Kemudian kita mungkin mengenal
PM Toh, pendongeng asal Aceh yang selalu mementingkan interaksi serta suasana
yang aman dan nyaman bagi anak-anak yang mendengarkannya. Selain itu tak asing
bagi kita yakni Kusumo Priyono, maestro dongeng Indonesia yang berpendapat
bahwa dalam mendongeng biasanya ada sesuatu yang ingin disampaikan, terutama
moral dan budi pekerti. Selain itu, yang tak kalah penting adalah sarat nuansa
hiburan bagi anak-anak (edukatif dan kreatif) sehingga anak merasa senang dan
terhibur. Demikianlah, anak-anak memang sangat senang mendengarkan cerita atau
dongeng. Terutama cerita yang dibacakan oleh orang tua atau orang dewasa.
- Menimbang Manfaat Dongeng
Tak bisa disangkal bahwa dongeng memang
memiliki daya tarik tersendiri. Di sebagian sisi, terjadi suatu fenomena klise,
bahwa anak-anak sebelum tidur kerap minta mendengar dongeng yang dikisahkan
oleh ibu, nenek, atau orang dewasa yang berusaha menidurkannya. Meski bisa saja
ditafsirkan bahwa dongeng tak selamanya menyenangkan, namun kenyataannya memang
dongeng mudah membuat anak tertidur, disamping dongeng disetujui sebagai
aktifitas rileks memang memiliki potensi konstruktif untuk mendukung
pertumbuhkembangan mental anak. Bercerita atau mendongeng dalam bahasa Inggris
disebut storytelling, memiliki banyak manfaat. Manfaat tersebut diantaranya
adalah mampu mengembangkan daya pikir dan imajinasi anak, mengembangkan
kemampuan berbicara anak, mengembangkan daya sosialisasi anak dan yang terutama
adalah sarana komunikasi anak dengan orang tuanya. (Media Indonesia, 2006).
Kalangan ahli psikologi menyarankan agar orangtua membiasakan mendongeng untuk
mengurangi pengaruh buruk alat permainan modern. Hal itu dipentingkan mengingat
interaksi langsung antara anak balita dengan orangtuanya dengan mendongeng
sangat berpengaruh dalam membentuk karakter anak menjelang dewasa.
Selain itu, dari berbagai cara untuk
mendidik anak, dongeng merupakan cara yang tak kalah ampuh dan efektif untuk
memberikan human touch atau sentuhan manusiawi dan sportifitas bagi anak.
Melalui dongeng pula jelajah cakrawala pemikiran anak akan menjadi lebih baik,
lebih kritis, dan cerdas. Anak juga bisa memahami hal mana yang perlu ditiru
dan yang tidak boleh ditiru. Hal ini akan membantu mereka dalam
mengidentifikasikan diri dengan lingkungan sekitar disamping memudahkan mereka
menilai dan memposisikan diri di tengah-tengah orang lain. Sebaliknya, anak
yang kurang imajinasi bisa berakibat pada pergaulan yang kurang, sulit
bersosialisasi atau beradaptasi dengan lingkungan yang baru.
Namun terlepas dari setumpuk teori
manfaat tersebut, rasanya kita tetap harus berhati-hati. Karena jika kita
kurang teliti, cukup banyak dongeng mengandung kisah yang justru rawan menjadi
teladan buruk bagi anak-anak. Sebut saja dongeng rakyat tentang Sangkuriang
yang secara eksplisit mengisahkan bahwa ibu kandung Sang-kuriang gara-gara
bersumpah akan menjadi istri pihak yang mengambil peralatan tenun yang jatuh
terpaksa menikah dengan seekor anjing. Tak cukup itu kondisi diperparah oleh
kisah bahwa setelah membunuh sang anjing yang notabene adalah ayah kandungnya
sendiri Sangkuriang sempat jatuh cinta dalam makna asmara kepada Dayang Sumbi,
ibu kandungnya sendiri. Belum terhitung kelicikan Dayang Sumbi membangunkan
ayam jago agar berkokok sebelum saat fajar benar-benar tiba, demi mengecoh
Sangkuriang agar menduga dirinya gagal memenuhi permintaan Dayang Sumbi yakni
merampungkan pembuatan perahu dalam satu malam saja. Karena muatan-muatan pada
cerita dongeng harus dipertimbangkan dengan kondisi psikologi yang mungkin
deserap oleh sang anak, jangan sampai terjadi kesalahan pemahaman dari dongeng
yang dimaksudkan positif malah menjadi negatif. (Rudi Maryati, S.Pd dan
Kak Agam di http://www.dongengkakrico.com).
Dua dari tiga anak berusia dini
menginginkan lebih banyak waktu mendengar dongeng sebelum tidur. Hal ini
dikatakan sejumlah peneliti di London, Inggris. Para peneliti di sana
mengadakan studi yang menunjukkan anak kecil berusia tiga hingga empat tahun
haus akan cerita sebelum tidur. Studi itu juga memperlihatkan lebih dari 75
persen anak ingin orangtua mereka yang membacakannya.
Psikolog anak, Richard Woolfson
mengatakan tradisi membacakan dongeng sebelum tidur dinilai mempunyai efek kuat
dalam perkembangan emosional anak. Berdasarkan hasil survei dari 500 anak
berumur tiga sampai delapan tahun, ternyata mendengar dongeng sebelum tidur
membantu mereka tidur lebih baik. Sampai saat ini kebiasaan ini menduduki
peringkat yang lebih tinggi ketimbang kebiasaan menonton televisi dan bermain
video games.
- Peran Ibu dalam perkembangan anak
Pendongeng terbaik untuk anak adalah
sang ibu. Woolfson mengatakan, seorang ibu biasanya menggunakan suara lucu dan
unik ketika bercerita. Hal ini sangat membantu agar cerita tetap hidup dan anak
pun dapat tidur nyenyak. Jika ibu atau ayah tidak bisa mendongeng, biasanya
idola mereka-lah yang menjadi pengganti. Di London, lebih dari 30 persen anak
mengaku ingin mendengar dongeng sebelum tidur dari idolanya. Sebut saja, idola
remaja Zac Efron, Miley Cyrus, Emma Watson, dan pemeran Harry Potter, Daniel
Radcliffe. (www.suaramedia.com)i
Ibu adalah sosok perempuan yang tabah
dan sabar untuk tidak pernah menurunkan gendongannya anaknya hingga lebih dari
sembilan bulan. ..Dia yang berani mati mengeluarkan kita dari rahimnya dengan
taruhan nyawa...yang melahirkan kita semua ..Ibu adalah insan yang begitu
banyak jasanya terhadap berhasilnya sang anak dalam kehidupannya tapi juga bisa
sebaliknya ibu adalah manusia menjadi faktor terhadap hancurnya sang anak dalam
kehidupannya, karena semua itu tak lepas dari peran ibu sebagai orang
tuanya...Sebagaimana hadits Rasululloh sallallahu''alaihi wa sallam yang artinya:
"Setiap bayi terlahir dalam keadaan fithrah, kedua orang tuanyalah yang
menjadikannya, Yahudi, Nasrani ataupun Majusi.." (HR: Bukhari)
Ulama mengartikan fitrah itu adalah
rasa cinta kepada dienul Al-Islam, menerima, dan menginginkan kebenaran, dan
mengakui adanya Robb yang merupakan bakat dari setiap anak, namun peran
pendidikan orang tuanya-lah yang menjadikan dia menjadi beraqidah, beribadah,
berahklaq selain Islam. Sekarang coba mari kita lihat salah satu bentuk
pendidikan anak yang mudah dilakukan baik orang tuanya pembantu rumah tangga,
buruh pabrik, petani, pegawai kantor, pedagang, menteri, bahkan presiden. Mendongeng
adalah suatu aktivitas bercerita suatu kisah entah khayal atau nyata yang
biasanya diceritakan pada masa kanak-kanak. Dan biasanya cerita dongeng itu
masih teringat oleh kita hingga dewasa karena di sana kita masih kecil dan
minat mendengar dongeng kuat sekali alias kemampuan belajar tentang sesuatu di
luar kita cukup besar. Sebagaimana pepatah Belajar di waktu muda seperti
menulis di atas batu sedangkan belajar di waktu tua seperti menulis di
permukaan air.
Kisah mempunyai pengaruh yang kuat
terhadap jiwa, maka seorang pendidik selayaknya memperbanyak kisah-kisa yang
bermanfaaat. dan itu banyak sekali terdapat dalam Al-Quran Al Karim dan
sunnah-sunnah yang suci diantaranya, Kisah Ashabul Kahfi (penghuni gua),
bertujuan untuk membentuk generasi yang beriman kepada Alloh, cinta kepada
tauhid dan membenci kepada kemusyrikan. Kisah Isa alahi wasallam, bertujuan
untuk menjelaskan bahwa beliau adalah hamba Allah dan bukan anak Allah
sebagaimana anggapan kaum Nashrani, Kisah Yusuf alahi sallam, diantara
tujuannya adalah untuk memperingatkan agar jangan sampai terjadi pergaulan
campur aduk antara laki-laki dan perempuan, sebab akan membawa akibat yang
sangat jelek, Kisah Yunus alahi wasallam, bertujuan untuk menekankan agar
selalu ber-isti''anah (meminta pertolongan). Hanya kepada Allah saja
lebih-lebih ketika ditimpa musibah.
Kisah orang-orang yang terperangkap
dalam gua yaitu kisah yang diceritakan oleh Nabi sallallahu''alaihi wa sallam
untuk mengajarkan kepada para sahabatnya tentang bertawassul kepada Alloh
dengan amal-amal sholeh seperti ridho kepada orang tua, memenuhi hak-hak
pemiliknya, dan meninggalkan zina karena takut karena Alloh. Dan sunnah
nabawiyah penuh dengan kisah-kisah yang bermanfaaat.
Singkat kata, maka hendaknya semua
pengajar/pembina/pendidik memperbanyak kisah-kisah yang bermanfaat kepada anak
didiknya, sebab kisah-kisah ini merupakan pembantu terbaik bagi pembinaan
generasi. Disamping itu, hendaknya mereka harus berhati-hati, jangan sampai
membawakan kisah-kisah jelek yang akan mendorong anak-anak didik mengambil
pengalaman untuk melakukan pencurian, tindakan-tindakan keji, dan
penyimpangan-penyimpangan tingkah laku.
Sekarang coba kita renungkan
bagaimanakah kalau kisah seperti Teletubies yang tokoh-tokohnya tidak jelas
karakter wanita- prianya juga pembimbingnya bukan bapak ibu tapi dewa
matahari(si bayi) dan si penyedot debu ... Sinchan dengan gaya tololnya dan
kesukaan pada hal ''ngeres''/porno apalagi bapaknya dan ibunya yang
kejam....Power Rangers, Ksatria Baja Hitam, dan semacamnya yang menggambarkan
bahwa segala permasalahan hanya bisa dipecahkan dengan
kekerasan/perkelahian...Doraemon dan tokoh-tokohnya yang pemalas (si Nobita),
kejam (si Giant), licik dan sombong (si Tsuneo), penolong bak Dewa Serba Bisa
(si Doraemon)..Tom & Jery, Donal Bebek dan semacamnya dikisahkan pada
anak-anak..yang penuh adegan kekerasan dan penipuan untuk menghancurkan musuh
di ajarkan pada anak didik kita. (http://assunnah-qatar.com/artikel/keluarga-islam)
Dalam Al-Quran kisah-kisah teladan pun
bertebaran. Bahkan sebagian besar isi Al-Quran berupa kisah. Kisah kepahlawanan
dan kisah penuh motivasi lainnya, tak kurang-kurangnya diurai dalam Al-Quran,
Hadits dan sumber lainnya. Namun, herannya entah kenapa generasi Muslim tetap
saja melempem. Tak banyak orangtua yang menceritakan kisah-kisah itu pada
anak-anaknya. Yang masuk ke rumah-rumah keluarga Muslim bukan lagi kisah
teladan dalam Islam, tapi kisah-kisah rekaan yang tak jelas, semacam Naruto dan
sebagainya.
Mengapa mendongeng kurang diminati?
Mungkin sebagaimana pola pendidikan lainnya, ia tidak menunjukkan hasil yang
instan. Padahal dongeng atau cerita-cerita teladan banyak masuk ke alam bawah
sadar, di mana alam bawah sadar inilah yang kemudian paling berperan membentuk
karakter atau akhlak seorang anak. Jadi kalau dongeng itu diceritakan terus
menerus, maka yang masuk ke alam bawah sadarnya semakin banyak. Nah, kalau
ceritanya yang baik-baik, maka yang masuk ke alam bawah sadarnya tentu yang
baik-baik pula. Kalau yang diceritakan orangtua kisah-kisah kepahlawanan,
kebaikan, persahabatan, maka akan seperti itulah sifat anak nantinya.
- Penutup
Muatan moral yang disampaikan melalui
dongeng, akan lebih mudah di cerna oleh anak anak. Hal tersebut akan dapat
tercapai jika cara penyampaian dongeng dilakukan sedemikian rupa sehingga anak
bisa menerimanya dengan senang. Sehingga proses bermain/ berimajinasi dapat
diraih dengan memberikan pemblajaran hidup. Dongeng yang diberikan secara
continue, maka akan membentuk kepribadian yang lebih baik karena secara
struktural dari caranya berfikir atau dari alam bawah sadarnya telah dibentuk
kepribadian yang baik, yang diarahkan melalui muatan moral yang ada dalam
dongeng tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar