Pengikut

Selasa, 20 Maret 2012


Fungsi Dongeng Bagi Perkembangan Anak
Oleh Wahdaniah
(20102506047)
1.      Pendahuluan
Bangsa kita, terutama leluhur kita memiliki kebiasaan bercerita dengan lisan. Kita memiliki ragam cerita rakyat karena kebiasaan bertutur yang dimiliki oleh nenek moyang kita. Pantun-pantun yang menarik hidup dari waktu ke waktu berkat adanya tradisi sastra lisan di kalangan bangsa kita. Ada penutur yang pintar, ada pawang yang melestarikan kekayaan budaya yang dimiliki leluhur kita. Melalui tuturan ini, berbagai ilmu pengetahuan diturunkan, terutama nasihat-nasihat yang patut diteladani manusia.
Salah satu hal yang dapat dijadikan bahan cerita bagi anak-anak adalah dongeng. Dongeng adalah cerita-cerita fiksi yang diceritakan pendongeng kepada para pendengar secara lisan yang di dalamnya terdapat pesan moral positif yang mendidik. Dongeng biasanya didongengkan kepada anak-anak yang masih kecil, oleh orangtua, kakek, nenek, paman, bibi dan lain sebagainya. Dongeng bisa disampaikan kepada anak sebelum tidur hingga si anak tertidur pulas dengan cara bercerita langsung maupun dengan membaca buku dongeng. (http://organisasi.org/kegunaan-fungsi-manfaat-dongeng-untuk-anak-anak-cerita-sebelum-tidur).
Anak-anak dalam perkembangannya memerlukan sentuhan manusiawi berupa sebuah pola konstruktif yang mendukung pola pertumbuhan mental anak. Dalam hal ini sentuhan tersebut dapat diperoleh dari cara mereka menjelajahi alam imajinasinya. Jika imajinasi anak dikontrol dan terus dipicu untuk mengeksplorerasi rasa penasaran dan keingintahuannya, maka secara otomatis akan memicu perkembangan sikap dalam pertumbuhannya. Seperti halnya dalam bersosialisasi, seorang anak yang imajinasinya dikembangkan dengan baik, maka dia akan cenderung aktif dan responsif dalam menyikapi sesuatu yang baru ditemukannya. Lain halnya dengan anak yang tidak mendapatkan imajinasi yang baik, maka ia cenderung murung dan memiliki rasa percaya diri yang lemah. Sehingga rasa takut dan malu menjadi lebih besar dalam kehidupannya bersosialisasi.
Pola perkembangan kepribadian dari alam imajinasi atau hayalan ini diperkuat oleh ungkapan Sigmound Freud bahwa “mimpi/imajinasi adalah sublimasi dan kompensasi dari kehidupan sehari hari yang tidak terpenuh”. Dalam hal ini dongeng yang sifatnya menumbuhkembangkan imajinasi dapat mewakili ketidakberdayaan anak dalam melakukan hal hal yang tidak biasa, berperan besar dalam mengembangkan ide-ide sebagai stimulus dalam menyikapi segala sesuatu dalam kenyaataanya. Sebagai contoh dari cerita Fabel, anak bisa merimajinasi untuk berinteraksi dengan binatang. Sehingga seorang anak bisa mengetahui apa yang dirasakan binatang jika mereka (binatang tersebut) tidak diberi kasih sayang oleh majikannya.(http://anaknusantara.com/artikel/dongeng-sebagai-perkembangan-psikologi-anak-di-tengah-badai-audio-visual).
Salah satu cara untuk meningkatkan kecerdasan anak ialah dengan mendongeng. Anak yang cerdas adalah anak yang mendapat stimulasi tepat sesuai dengan usianya, terutama pada usia keemasan atau golden ages (usia 0-5 tahun). Usia keemasan anak ialah masa keemasan pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga pada masa ini anak membutuhkan pendampingan dari sosok yang dapat terus memantau pertumbuhan dan perkembangannya. Serta membutuhkan seseorang yang mampu memberikan stimulasi optimal dengan penuh kasih sayang. Dan salah satu bentuk stimulasi untuk mencerdaskan anak ialah dengan mendongeng. Makalah ini membahas tentang dongeng dan manfaatnya bagi perkembangan anak.
2.      Dongeng
Dongeng termasuk dalam cerita rakyat lisan. Menurut Danandjaja (1984) cerita rakyat lisan terdiri atas mite, legenda, dan dongeng. Mite adalah cerita rakyat yang dianggap benar-benar terjadi dan dianggap suci oleh yang empunya cerita. Mite ditokohkan oleh para dewa atau makhluk setengah dewa. Peristiwanya terjadi di dunia lain, bukan di dunia seperti yang kita kenal sekarang, dan terjadi pada masa lampau. Sedangkan legenda adalah cerita rakyat yang mempunyai cirri-ciri mirip dengan mite, yaitu dianggap benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci. Legenda ditokohkan oleh manusia, walaupun kadang-kadang mempunyai sifat luar biasa dan sering kali dibantu oleh makhluk-makhluk ajaib. Tempat terjadinya adalah di dunia seperti yang kita kenal sekarang, dan terjadinya belum terlalu lampau. Sebaliknya, dongeng adalah cerita rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita dan dongeng tidak terikat oleh waktu maupun tempat. Dongeng diceritakan terutama untuk hiburan, walaupun banyak juga dongeng yang melukiskan kebenaran, berisi ajaran moral, bahkan sindiran.
Dari wikipedia bahasa Indonesia dijelaskan bahwa Definisi Dongeng adalah suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan kisah nyata, menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan moral yang mengandung makna hidup dan cara berinteraksi dengan makhluk lainnya.
Menurut Anti Aarne dan Stith Thompson (http://linaleebon.blogspot.com) - dongeng dikelompokkan dalam empat golongan besar, yaitu :
1. Dongeng binatang
Dongeng binatang adalah dongeng yang ditokohi oleh binatang peliharaan atau binatang liar. Binatang-2 dalam cerita jenis ini dapat berbicara atau berakal budi seperti manusia. Di Negara-negara Eropa binatang yang sering muncul menjadi tokoh adalah rubah, di Amerika Serikat binatang itu adalah kelinci, di Indonesia binatang itu Kancil dan di Filipina binatang itu kera. Semua tokoh biasanya mempunyai sifat cerdik, licik dan jenaka.
2. Dongeng biasa
Dongeng biasa adalah jenis dongeng yang ditokohi manusia atau biasanya adalah kisah suka duka seseorang, misalnya dongeng Ande-Ande Lumut, Joko Kendil, Joko Tarub, Sang Kuriang serta Bawang Putih dan Bawang Merah.
3.Lelucon atau anekdot
Lelucon atau anekdot adalah dongeng yang dapat menimbulkan tawa bagi yang mendengarnya maupun yang menceritakannya. Meski demikian, bagi masyarakat atau orang menjadi sasaran, dongeng itu dapat menimbulkan rasa sakit hati.
4. Dongeng Berumus
Dongeng berumus adalah dongeng yang strukturnya terdiri dari pengulangan. Dongeng ini ada tiga macam, yaitu dongeng bertimbun banyak (cumulative tales), dongeng utk mempermainkan orang (catch tales), dan dongeng yang tidak mempunyai akhir (endless tales)
Pada mulanya kegiatan bercerita atau menuturkan cerita hanya dilakukan dan ditujukan untuk orang dewasa, misalnya para prajurit, nelayan, dan musafir yang sering kali tidur di tenda-tenda. Biasanya yang diceritakan adalah cerita-cerita rakyat yang diturunkan secara turun temurun dari mulut ke mulut.
Namun, pada beberapa kebudayaan, para orang tua dan muda berkumpul bersama untuk mendengarkan dongeng yang dibawakan oleh seorang tukang cerita atau pendongeng yang di beberapa kebudayaan biasanya merangkap sebagai tabib. Selain menyampaikan hiburan, pendongeng biasanya juga menyampaikan atau mengajarkan adat kebiasaan dan moral kepada orang muda
Masyarakat Indonesia sudah mengenal dongeng sejak zaman dulu. Di Sumatra misalnya, ada orang yang biasa disebut “pelipur lara”. Pelipur lara adalah punggawa kerajaan yang bertugas menghibur raja, permaisuri, dan anggota keluarga istana lainnya. Di Aceh tukang cerita disebut “pmtoh (kope)”, sedangkan di Jawa ada yang disebut sebagai “tukang kentrung”. Tukang kentrung berkeliling dari satu tempat ke tempat lain sambil membawa semacam tambur yang disebut “terbang”. Di Jakarta (Betawi) ada “syahibul hikayat”. Mereka mendongeng sambil diiringi alat-alat tersebut dan cerita-cerita yang dituturkan biasanya bersifat religius atau magis.
Pada perkembangan selanjutnya, kegiatan mendongeng kemudian diambil alih oleh para pengasuh anak, orang tua, serta nenek dan kakek, terutama sejak ditemukannya mesin cetak pada abad kelima belas atau tepatnya pada tahun 1450, sehingga penuturan cerita yang biasanya dilakukan oleh para penutur cerita tradisional semakin menyurut karena orang mulai membaca buku cerita sendiri.
Kini kegiatan bercerita atau menuturkan cerita secara lisan, yang biasanya dilakukan oleh orang tua kepada anak-anaknya, lebih sering disebut mendongeng. Di Indonesia cerita-cerita yang didongengkan bermacam-macam, bisa berupa mite, legenda, atau dongeng. Cerita-cerita tersebut kemudian menjadi bagian dari budaya masyarakat dan kegiatan mendongeng menjadi sebuah tradisi yang diturunkan secara turun temurun. Cerita atau dongeng yang disampaikan biasanya berisi pesan moral dan ajaran-ajaran budi pekerti bagi pendengarnya, dan biasanya disampaikan dengan bahasa kiasan atau dengan kalimat yang diperindah.
Dongeng berkembang terus baik bentuk maupun ciri-cirinya. Beberapa dongeng biasanya dihafalkan oleh si pendongeng hingga ia bisa menceritakannya ulang kepada para pendengar, dan akhirnya pendongeng akan selalu punya keinginan mendongeng. Dongeng itu sendiri banyak ragamnya, tergantung dari latar belakang budaya tempat dongeng itu berada atau berasal. Meski demikian, dongeng tidak seratus persen menjadi cerminan dan karakter masyarakat tempat dongeng itu berkembang. Boleh juga dikatakan dongeng dan mendongeng sebagai cerminan atau jejak akar budaya daerah tempat munculnya kebiasaan-kebiasaan dari kehidupan masyarakatnya. Namun, masyarakat di Jepang tidak menganggap cerita di dalam dongeng benar-benar terjadi. Hal ini disebabkan karena dongeng tidak terikat pada tempat dan waktu, dan juga tidak terikat siapa yang harus mendongeng.
Mendongeng harus dilakukan dengan cara-cara yang benar, seperti orang tua yang sedang memberi nasihat atau mengajarkan sesuatu kepada anaknya, yaitu harus dilakukan dengan cara lemah lembut dan penuh kasih sayang. Di beberapa Negara, seperti Indonesia, Jepang, atau Filipina, dongeng seringkali disampaikan dengan menggunakan alat peraga berupa boneka atau wayang (traditional puppet).
Seorang budayawan dan ahli sastra yang peduli akan pelestarian cerita-cerita rakyat, khususnya cerita bagi anak-anak Indonesia, Ibu Faizah Sulaiman Bustam Kamri, menyatakan bahwa sastra rakyat – khususnya sastra lisan – boleh dijadikan sumber pengajaran yang menarik bagi pengajaran bercerita. Di dalam kuliahnya, Ibu Faizah menegaskan bahwa di dalam bercerita juga diperlukan adanya ketertarikan pada sastra, dan kemampuan atau skill yang dimiliki seseorang akan membantu mengalirkan cerita menjadi sastra lisan. Secara tidak langsung penutur cerita dapat disebut sebagai pendongeng, karena biasanya ia sudah mampu untuk menguasai bagian-bagian yang harus dikuasai oleh seorang pendongeng, misalnya mengatur alur cerita dan juga mampu mengatasi emosi para pendengar dongengnya, dan terutama emosinya sendiri.
Hal penting yang bisa didapatkan saat mendongeng, yaitu secara tidak sadar kita akan mengungkapkan imajinasi dan pikiran kita dengan cara bermain dan gembira. Saat mendongeng, kita akan dapat menumpahkan perasaan dan emosi positif, menunjukkan jati diri, bersosialisasi, memberikan pengetahuan kepada orang lain, memberikan kegembiraan kepada orang lain, menebarkan pesona yang terpendam dalam diri kita yang selama ini belum terungkap, dan juga menciptakan pertemuan kecil yang amat bermanfaat.
Khusus bagi anak, dongeng dapat memberikan rangsangan bagi kecerdasan anak, karena melalui kegiatan bermain, bercanda, dan berinteraksi, maka kemampuan berpikir logis dan rasional akan terpacu sehingga membantu percepatan belajar anak (accelerated learning). Dampak positif yang nyata pada anak adalah munculnya perkembangan dan kemampuan emosi (emotional quotion) anak dengan sendirinya (tanpa paksaan) sehingga akan terbentuk sikap kreatif, ramah, mudah bergaul, spontan dalam merespons sekitarnya, dan terbangun empati pada lingkungan dan orang lain yang ada disekitarnya. ( http://linaleebon.blogspot.com).
Ada baiknya kita menepis kesalahpahaman terhadap dongeng sebagai bualan, omong kosong, atau cerita bohong belaka. Sebaliknya, bila kita menaruh empati dan harapan positif pada dongeng, niscaya kita akan menggali dan mendapatkan manfaat yang berlimpah dari dongeng dan mendongeng.
Setelah memahami arti dongeng dan mendongeng, maka penulis akan mengajak pembaca untuk melaksanakan dan merealisasikan keinginan untuk mendongeng yang selama ini terpendam.

3.      Manfaat Dongeng Bagi Perkembangan Anak
Menyampaikan dongeng yang menarik kepada anak memang membutuhkan keterampilan khusus. Mulai dari cara menyampaikan cerita, kontrol volume dan intonasi suara, hingga menirukan suara maupun perilaku tiap-tiap karakter yang ada dalam cerita perlu diperhatikan. Jika anak bisa memahami pesan di baliknya dan menikmati dongeng yang kita bawakan, maka itu tandanya bahwa kita sudah berhasil.
Berikut ini adalah beberapa Manfaat dongeng bagi Anak-Anak :
1. Mengajarkan Nilai Moral Yang Baik
Dengan memilih dongeng yang isi ceritanya bagus, maka akan tertanam nilai-nilai moral yang baik. Setelah mendongeng sebaiknya pendongeng menjelaskan mana yang baik yang patut ditiru dan mana-mana saja yang buruk dan tidak perlu ditiru dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai tindak kenakalan dapat dikurangi dari menanamkan perilaku dan sifat yang baik dari mencontoh karakter ataupun sifat-sifat perilaku di dalam cerita dongeng. Mendongeng mungkin memiliki efek yang lebih baik daripada mengatur anak dengan cara kekerasan (memukul, mencubit, menjewer, membentak, dan lain-lain)
2. Mengembangkan Daya Imajinasi Anak
Sayang sekali saat ini jarang sekali kaset tape atau cd audio dongeng maupun cerita suara yang dijual di toko kaset dan cd. Atau mungkin sudah tidak ada sama sekali. Padahal cerita-cerita dalam bentuk suara dapat membuat anak berimajinasi membayangkan bagaimana jalan cerita dan karakternya. Anak-anak akan terbiasa berimajinasi untuk memvisualkan sesuatu di dalam pikiran untuk menjabarkan atau menyelesaikan suatu permasalahan.
3.Menambah Wawasan Anak-Anak
Anak-anak yang terbiasa mendengar dongeng dari pendongengnya biasanya akan bertambah perbendaharaan kata, ungkapan, watak orang, sejarah, sifat baik, sifat buruk, teknik bercerita, dan lain sebagainya. Berbagai materi pelajaran sekolah pun bisa kita masukkan pelan-pelan di dalam cerita dongeng untuk membantu buah hati kita memahami pelajaran yang diberikan di sekolah.
4.Meningkatkan Kreativitas Anak
Kreatifitas anak bisa berkembang dalam berbagai bidang jika dongeng yang disampaikan dibuat sedemikian rupa menjadi berbobot. Kita pun sah-sah saja apabila ingin menambahkan isi cerita selama tidak merusak jalan cerita sehingga menjadi aneh tidak menarik lagi.
5.Mendekatkan Anak-Anak Dengan Orangtuanya
Terjadinya interaksi tanya jawab antara anak-anak dengan orangtua secara tidak langsung akan mempererat tali kasih sayang. Selain itu tertawa bersama-sama juga dapat mendekatkan hubungan emosional antar anggota keluarga. Apabila sering dilakukan maka bisa menghilangkan hubungan yang kaku antara anak dengan orangtua yang mendongengkan.
6.Menghilangkan Ketegangan / Stress
Jika anak sudah hobi mendengarkan cerita dongeng, maka anak-anak akan merasa senang dan bahagia jika mendengar dongeng. Dengan perasaan senang dan mungkin diiringin dengan canda tawa, maka berbagai rasa tegang, mud yang buruk dan rasa-rasa negatif lain bisa menghilang dengan sendirinya.
Dari begitu banyak manfaat dongeng, tidak ada salahnya bila kita sisihkan sedikit waktu kita sebagai orangtua untuk memberikan dongeng yang mendidik kepada anak-anak kita. Mendongeng bisa dilakukan oleh salah satu maupun dua atau lebih orangtua (dengan suami, istri, kakek, nenek, paman, bibi, kakak, dsb dari si kecil) serta dapat diberikan kepada satu, dua atau bahkan banyak anak sekaligus. Pendongengan tidak harus diberikan pada malam hari, namun juga pada waktu-waktu lain. (http://organisasi.org/kegunaan-fungsi-manfaat-dongeng-untuk-anak-anak-cerita-sebelum-tidur).

  1. Manfaat dan Kekuatan Dongeng pada Psikologi Anak
Pada zaman serba canggih seperti sekarang, kegiatan mendongeng di mata anak-anak tidak populer lagi. Sejak bangun hingga menjelang tidur, mereka dihadapkan pada televisi yang menyajikan beragam acara, mulai dari film kartun, kuis, hingga sinetron yang acapkali bukan tontonan yang pas untuk anak. Kalaupun mereka bosan dengan acara yang disajikan, mereka dapat pindah pada permainan lain seperti videogame.
Kendati demikian, kegiatan mendongeng sebetulnya bisa memikat dan mendatangkan banyak manfaat, bukan hanya untuk anak-anak tetapi juga orang tua yang mendongeng untuk anaknya. Kegiatan ini dapat mempererat ikatan dan komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak. Para pakar menyatakan ada beberapa manfaat lain yang dapat digali dari kegiatan mendongeng ini.
 Pertama, anak dapat mengasah daya pikir dan imajinasinya. Hal yang belum tentu dapat terpenuhi bila anak hanya menonton dari televisi. Anak dapat membentuk visualisasinya sendiri dari cerita yang didengarkan. Ia dapat membayangkan seperti apa tokoh-tokoh maupun situasi yang muncul dari dongeng tersebut. Lama-kelamaan anak dapat melatih kreativitas dengan cara ini.
 Kedua, cerita atau dongeng merupakan media yang efektif untuk menanamkan berbagai nilai dan etika kepada anak, bahkan untuk menumbuhkan rasa empati. Misalnya nilai-nilai kejujuran, rendah hati, kesetiakawanan, kerja keras, maupun tentang berbagai kebiasaan sehari-hari seprti pentingnya makan sayur dan menggosok gigi. Anak juga diharapkan dapat lebih mudah menyerap berbagai nilai tersebut karena Kak Agam di sini tidak bersikap memerintah atau menggurui, sebaliknya para tokoh cerita dalam dongeng tersebutlah yang diharapkan menjadi contoh atau teladan bagi anak.
 Ketiga, dongeng dapat menjadi langkah awal untuk menumbuhkan minat baca anak. Setelah tertarik pada berbagai dongeng yang diceritakan Kak Agam, anak diharapkan mulai menumbuhkan ketertarikannya pada buku. Diawali dengan buku-buku dongeng yang kerap didengarnya, kemudian meluas pada buku-buku lain seperti buku pengetahuan, sains, agama, dan sebagainya.
Tidak ada batasan usia yang ketat mengenai kapan sebaiknya anak dapat mulai diberi dongeng oleh Kak agam. Untuk anak-anak usia prasekolah, dongeng dapat membantu mengembangkan kosa kata. Hanya saja cerita yang dipilihkan tentu saja yang sederhana dan kerap ditemui anak sehari-hari. Misalnya dongeng-dongeng tentang binatang. Sedangkan untuk anak-anak usia sekolah dasar dapat dipilihkan cerita yang mengandung teladan, nilai dan pesan moral serta problem solving. Harapannya nilai dan pesan tersebut kemudian dapat diterapkan anak dalam kehidupan sehari-hari.
Keberhasilan suatu dongeng tidak saja ditentukan oleh daya rangsang imajinatifnya, tapi juga kesadaran dan kemampuan pendongeng untuk menyajikannya secara menarik. Untuk itu Kak Agam dapat menggunakan berbagai alat bantu seperti boneka atau berbagai buku cerita sebagai sumber yang dapat dibaca oleh orang tua sebelum mendongeng.
Kak Bimo, seorang pecinta anak-anak, guru, trainer, sekaligus pendongeng yang sangat fasih dan piawai. Di kotanya Yogyakarta penulis mengenalnya tak hanya lantaran kemampuannya menyihir anak-anak dengan dramatis, namun juga karena muatan pesan moral yang dalam serta komprehensif mampu diselipkan dengan sangat apik dan tak membebani. Anak-anak demikian terbius segenap perhatian dan pikirannya pada alur cerita sederhana namun enak diikuti selama dongeng berlangsung. Kemudian kita mungkin mengenal PM Toh, pendongeng asal Aceh yang selalu mementingkan interaksi serta suasana yang aman dan nyaman bagi anak-anak yang mendengarkannya. Selain itu tak asing bagi kita yakni Kusumo Priyono, maestro dongeng Indonesia yang berpendapat bahwa dalam mendongeng biasanya ada sesuatu yang ingin disampaikan, terutama moral dan budi pekerti. Selain itu, yang tak kalah penting adalah sarat nuansa hiburan bagi anak-anak (edukatif dan kreatif) sehingga anak merasa senang dan terhibur. Demikianlah, anak-anak memang sangat senang mendengarkan cerita atau dongeng. Terutama cerita yang dibacakan oleh orang tua atau orang dewasa.
  1. Menimbang Manfaat Dongeng
Tak bisa disangkal bahwa dongeng memang memiliki daya tarik tersendiri. Di sebagian sisi, terjadi suatu fenomena klise, bahwa anak-anak sebelum tidur kerap minta mendengar dongeng yang dikisahkan oleh ibu, nenek, atau orang dewasa yang berusaha menidurkannya. Meski bisa saja ditafsirkan bahwa dongeng tak selamanya menyenangkan, namun kenyataannya memang dongeng mudah membuat anak tertidur, disamping dongeng disetujui sebagai aktifitas rileks memang memiliki potensi konstruktif untuk mendukung pertumbuhkembangan mental anak. Bercerita atau mendongeng dalam bahasa Inggris disebut storytelling, memiliki banyak manfaat. Manfaat tersebut diantaranya adalah mampu mengembangkan daya pikir dan imajinasi anak, mengembangkan kemampuan berbicara anak, mengembangkan daya sosialisasi anak dan yang terutama adalah sarana komunikasi anak dengan orang tuanya. (Media Indonesia, 2006). Kalangan ahli psikologi menyarankan agar orangtua membiasakan mendongeng untuk mengurangi pengaruh buruk alat permainan modern. Hal itu dipentingkan mengingat interaksi langsung antara anak balita dengan orangtuanya dengan mendongeng sangat berpengaruh dalam membentuk karakter anak menjelang dewasa.
Selain itu, dari berbagai cara untuk mendidik anak, dongeng merupakan cara yang tak kalah ampuh dan efektif untuk memberikan human touch atau sentuhan manusiawi dan sportifitas bagi anak. Melalui dongeng pula jelajah cakrawala pemikiran anak akan menjadi lebih baik, lebih kritis, dan cerdas. Anak juga bisa memahami hal mana yang perlu ditiru dan yang tidak boleh ditiru. Hal ini akan membantu mereka dalam mengidentifikasikan diri dengan lingkungan sekitar disamping memudahkan mereka menilai dan memposisikan diri di tengah-tengah orang lain. Sebaliknya, anak yang kurang imajinasi bisa berakibat pada pergaulan yang kurang, sulit bersosialisasi atau beradaptasi dengan lingkungan yang baru.
Namun terlepas dari setumpuk teori manfaat tersebut, rasanya kita tetap harus berhati-hati. Karena jika kita kurang teliti, cukup banyak dongeng mengandung kisah yang justru rawan menjadi teladan buruk bagi anak-anak. Sebut saja dongeng rakyat tentang Sangkuriang yang secara eksplisit mengisahkan bahwa ibu kandung Sang-kuriang gara-gara bersumpah akan menjadi istri pihak yang mengambil peralatan tenun yang jatuh terpaksa menikah dengan seekor anjing. Tak cukup itu kondisi diperparah oleh kisah bahwa setelah membunuh sang anjing yang notabene adalah ayah kandungnya sendiri Sangkuriang sempat jatuh cinta dalam makna asmara kepada Dayang Sumbi, ibu kandungnya sendiri. Belum terhitung kelicikan Dayang Sumbi membangunkan ayam jago agar berkokok sebelum saat fajar benar-benar tiba, demi mengecoh Sangkuriang agar menduga dirinya gagal memenuhi permintaan Dayang Sumbi yakni merampungkan pembuatan perahu dalam satu malam saja. Karena muatan-muatan pada cerita dongeng harus dipertimbangkan dengan kondisi psikologi yang mungkin deserap oleh sang anak, jangan sampai terjadi kesalahan pemahaman dari dongeng yang dimaksudkan positif malah menjadi negatif. (Rudi Maryati, S.Pd dan Kak Agam di http://www.dongengkakrico.com).
Dua dari tiga anak berusia dini menginginkan lebih banyak waktu mendengar dongeng sebelum tidur. Hal ini dikatakan sejumlah peneliti di London, Inggris. Para peneliti di sana mengadakan studi yang menunjukkan anak kecil berusia tiga hingga empat tahun haus akan cerita sebelum tidur. Studi itu juga memperlihatkan lebih dari 75 persen anak ingin orangtua mereka yang membacakannya.
Psikolog anak, Richard Woolfson mengatakan tradisi membacakan dongeng sebelum tidur dinilai mempunyai efek kuat dalam perkembangan emosional anak. Berdasarkan hasil survei dari 500 anak berumur tiga sampai delapan tahun, ternyata mendengar dongeng sebelum tidur membantu mereka tidur lebih baik. Sampai saat ini kebiasaan ini menduduki peringkat yang lebih tinggi ketimbang kebiasaan menonton televisi dan bermain video games.

  1. Peran Ibu dalam perkembangan anak
Pendongeng terbaik untuk anak adalah sang ibu. Woolfson mengatakan, seorang ibu biasanya menggunakan suara lucu dan unik ketika bercerita. Hal ini sangat membantu agar cerita tetap hidup dan anak pun dapat tidur nyenyak. Jika ibu atau ayah tidak bisa mendongeng, biasanya idola mereka-lah yang menjadi pengganti. Di London, lebih dari 30 persen anak mengaku ingin mendengar dongeng sebelum tidur dari idolanya. Sebut saja, idola remaja Zac Efron, Miley Cyrus, Emma Watson, dan pemeran Harry Potter, Daniel Radcliffe. (www.suaramedia.com)i
Ibu adalah sosok perempuan yang tabah dan sabar untuk tidak pernah menurunkan gendongannya anaknya hingga lebih dari sembilan bulan. ..Dia yang berani mati mengeluarkan kita dari rahimnya dengan taruhan nyawa...yang melahirkan kita semua ..Ibu adalah insan yang begitu banyak jasanya terhadap berhasilnya sang anak dalam kehidupannya tapi juga bisa sebaliknya ibu adalah manusia menjadi faktor terhadap hancurnya sang anak dalam kehidupannya, karena semua itu tak lepas dari peran ibu sebagai orang tuanya...Sebagaimana hadits Rasululloh sallallahu''alaihi wa sallam yang artinya: "Setiap bayi terlahir dalam keadaan fithrah, kedua orang tuanyalah yang menjadikannya, Yahudi, Nasrani ataupun Majusi.." (HR: Bukhari)
Ulama mengartikan fitrah itu adalah rasa cinta kepada dienul Al-Islam, menerima, dan menginginkan kebenaran, dan mengakui adanya Robb yang merupakan bakat dari setiap anak, namun peran pendidikan orang tuanya-lah yang menjadikan dia menjadi beraqidah, beribadah, berahklaq selain Islam. Sekarang coba mari kita lihat salah satu bentuk pendidikan anak yang mudah dilakukan baik orang tuanya pembantu rumah tangga, buruh pabrik, petani, pegawai kantor, pedagang, menteri, bahkan presiden. Mendongeng adalah suatu aktivitas bercerita suatu kisah entah khayal atau nyata yang biasanya diceritakan pada masa kanak-kanak. Dan biasanya cerita dongeng itu masih teringat oleh kita hingga dewasa karena di sana kita masih kecil dan minat mendengar dongeng kuat sekali alias kemampuan belajar tentang sesuatu di luar kita cukup besar. Sebagaimana pepatah Belajar di waktu muda seperti menulis di atas batu sedangkan belajar di waktu tua seperti menulis di permukaan air.
Kisah mempunyai pengaruh yang kuat terhadap jiwa, maka seorang pendidik selayaknya memperbanyak kisah-kisa yang bermanfaaat. dan itu banyak sekali terdapat dalam Al-Quran Al Karim dan sunnah-sunnah yang suci diantaranya, Kisah Ashabul Kahfi (penghuni gua), bertujuan untuk membentuk generasi yang beriman kepada Alloh, cinta kepada tauhid dan membenci kepada kemusyrikan. Kisah Isa alahi wasallam, bertujuan untuk menjelaskan bahwa beliau adalah hamba Allah dan bukan anak Allah sebagaimana anggapan kaum Nashrani, Kisah Yusuf alahi sallam, diantara tujuannya adalah untuk memperingatkan agar jangan sampai terjadi pergaulan campur aduk antara laki-laki dan perempuan, sebab akan membawa akibat yang sangat jelek, Kisah Yunus alahi wasallam, bertujuan untuk menekankan agar selalu ber-isti''anah (meminta pertolongan). Hanya kepada Allah saja lebih-lebih ketika ditimpa musibah.
Kisah orang-orang yang terperangkap dalam gua yaitu kisah yang diceritakan oleh Nabi sallallahu''alaihi wa sallam untuk mengajarkan kepada para sahabatnya tentang bertawassul kepada Alloh dengan amal-amal sholeh seperti ridho kepada orang tua, memenuhi hak-hak pemiliknya, dan meninggalkan zina karena takut karena Alloh. Dan sunnah nabawiyah penuh dengan kisah-kisah yang bermanfaaat.
Singkat kata, maka hendaknya semua pengajar/pembina/pendidik memperbanyak kisah-kisah yang bermanfaat kepada anak didiknya, sebab kisah-kisah ini merupakan pembantu terbaik bagi pembinaan generasi. Disamping itu, hendaknya mereka harus berhati-hati, jangan sampai membawakan kisah-kisah jelek yang akan mendorong anak-anak didik mengambil pengalaman untuk melakukan pencurian, tindakan-tindakan keji, dan penyimpangan-penyimpangan tingkah laku.
Sekarang coba kita renungkan bagaimanakah kalau kisah seperti Teletubies yang tokoh-tokohnya tidak jelas karakter wanita- prianya juga pembimbingnya bukan bapak ibu tapi dewa matahari(si bayi) dan si penyedot debu ... Sinchan dengan gaya tololnya dan kesukaan pada hal ''ngeres''/porno apalagi bapaknya dan ibunya yang kejam....Power Rangers, Ksatria Baja Hitam, dan semacamnya yang menggambarkan bahwa segala permasalahan hanya bisa dipecahkan dengan kekerasan/perkelahian...Doraemon dan tokoh-tokohnya yang pemalas (si Nobita), kejam (si Giant), licik dan sombong (si Tsuneo), penolong bak Dewa Serba Bisa (si Doraemon)..Tom & Jery, Donal Bebek dan semacamnya dikisahkan pada anak-anak..yang penuh adegan kekerasan dan penipuan untuk menghancurkan musuh di ajarkan pada anak didik kita. (http://assunnah-qatar.com/artikel/keluarga-islam)
Dalam Al-Quran kisah-kisah teladan pun bertebaran. Bahkan sebagian besar isi Al-Quran berupa kisah. Kisah kepahlawanan dan kisah penuh motivasi lainnya, tak kurang-kurangnya diurai dalam Al-Quran, Hadits dan sumber lainnya. Namun, herannya entah kenapa generasi Muslim tetap saja melempem. Tak banyak orangtua yang menceritakan kisah-kisah itu pada anak-anaknya. Yang masuk ke rumah-rumah keluarga Muslim bukan lagi kisah teladan dalam Islam, tapi kisah-kisah rekaan yang tak jelas, semacam Naruto dan sebagainya.
Mengapa mendongeng kurang diminati? Mungkin sebagaimana pola pendidikan lainnya, ia tidak menunjukkan hasil yang instan. Padahal dongeng atau cerita-cerita teladan banyak masuk ke alam bawah sadar, di mana alam bawah sadar inilah yang kemudian paling berperan membentuk karakter atau akhlak seorang anak. Jadi kalau dongeng itu diceritakan terus menerus, maka yang masuk ke alam bawah sadarnya semakin banyak. Nah, kalau ceritanya yang baik-baik, maka yang masuk ke alam bawah sadarnya tentu yang baik-baik pula. Kalau yang diceritakan orangtua kisah-kisah kepahlawanan, kebaikan, persahabatan, maka akan seperti itulah sifat anak nantinya.

  1. Penutup
Muatan moral yang disampaikan melalui dongeng, akan lebih mudah di cerna oleh anak anak. Hal tersebut akan dapat tercapai jika cara penyampaian dongeng dilakukan sedemikian rupa sehingga anak bisa menerimanya dengan senang. Sehingga proses bermain/ berimajinasi dapat diraih dengan memberikan pemblajaran hidup. Dongeng yang diberikan secara continue, maka akan membentuk kepribadian yang lebih baik karena secara struktural dari caranya berfikir atau dari alam bawah sadarnya telah dibentuk kepribadian yang baik, yang diarahkan melalui muatan moral yang ada dalam dongeng tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar